Genggaman Putus

sumber: pencitraan teleskop NASA Hubble, spektrum cahaya  NGC6302

Bulan kemarau berkepanjangan, membuat segalanya menjadi lebih sulit. Hasil panen yang tidak menguntungkan, serangan hama yang kian lama semakin bermutasi menjadi monster mungil menyeramkan, dan oligarki busuk yang tuli dan buta. Di ujung sudut kota ini, ada sebuah taman terbengkalai yang jarang dikunjungi oleh penduduk kota ini, namun aku menemukan satu pria jangkung, duduk bersama buku dan penanya. Wajahnya datar dan sikapnya dingin memberiku kenyamanan, seolah-olah dia menghadirkan masa depan yang terjamin dan aku tidak perlu kesusahan lagi dengan tempat ini. Namun tidak aku sangka bahwa nantinya pertemuan ini akan mengantarkanku pada kesedihan luar biasa.

Pria ini, dibalik raut dinginnya, dia menyimpan sejuta kekecewaan yang tak bisa tersampaikan. Kekecewaan atas tidak kepedulian pemerintah terhadap pemikiran-pemikiran futuristiknya. Bahkan media cetak pun menolak segala tulisannya, karena berisi cerita-cerita distopia.

“Orang-orang kita ini tidak butuh cerita sedihmu ini karena hidup kita sudah menyedihkan dari lahir hingga mati, akupun juga ingin mati jika bisa. Dan lagi, jangan kasih kami ketakutan dari cerita masa depanmu itu. Kamu hanya menambah beban pikiran kami saja.”

Kalimat-kalimat semacam itu sering dia dapatkan dimanapun dia berusaha menyampaikan kabar ini, harapan dia hanya ingin membuat orang-orang tergerak, menyadari bahwa mereka juga punya kekuatan untuk mengubah ini.

Di galaksi yang jaraknya jauh dari bumi, galaksi “Tad Pole”. Galaksi yang berpenampakan khas seperti kecebong jika dilihat dari jauh memiliki penampakan luar yang unik, bahkan sampai di kehidupan dalamnya. Galaksi berpentuk spiral berpalang itu dahulu pernah mengalami bencana luar biasa karena strukturnya telah dikacaukan oleh galaksi lain akan tetapi hal tersebut menjadi titik balik bagi mereka dan  membawa perubahan yang mendalam bagi penduduk galaksi “Tad Pole”. Di sana teknologi serba canggih, setiap ide akan diaktualisasikan menjadi sebuah karya. Tidak ada kata usai dalam berinovasi, rasa keingintahuan mereka tentang alam semesta sungguh besar, bahkan lebih besar dari planet bumi yang aku tinggali. Di saat bumi masih mencari-cari formula untuk menembus ruang dan waktu, mencapai kecepatan cahaya atau bahkan secepat Tachyon, pribumi galaksi kecebong ini udah bisa berpetualang dari satu galaksi ke galaksi yang lainnya. Mereka juga bisa memprediksi kapan sebuah planet akan hancur dan kapan galaksi akan menciptakan kekacauan, dan mereka juga mengetahui kapan bumi ku akan musnah.

Delapan bulan aku mengenal pria ini dan diajaknya menyelami dunia semesta yang masih asing buatku. Selama itu pula aku menyayanginya, akan tetapi perasaan itu tidak bisa berlanjut seperti yang aku harapkan atau seperti novel-novel romantis kebanyakan. Prediksi kekacuan yang telah dia perkirakan datang lebih cepat dari perhitungannya. Di tengah masa perperangan dua negara adikuasa, dan kelaparan dimana-mana, bencana alam terjadi di ujung bumi belahan utara. Tameng pelindung planet kami tidak kuat menahan gaya yang datang dari planet yang lebih besar ukurannya. Ternyata kita sudah menempati masa yang tepat dimana gravitasi matahari tidak bisa mempertahankan planet di posisinya masing-masing, dan mungkin beberapa juga telah lelah berputar tanpa henti di jalur yang itu-itu aja, semesta butuh sejarah yang baru. 

Aku sungguh lemas, dan tidak tahu apa yang bisa dilakukan. Beberapa orang sudah menjadi gila berpikiran bahwa yang datang itu adalah dewi surga penyelamat mereka dari kejamnya hidup di dunia, atau mungkin memang benar, dewi-dewi ini nanti akan mengambil ruh-ruh orang-orang yang menderita ini dan mereka hidup bahagia di surga, jikapun surga sudi menerima rakyat miskin yang licik dan serakah. Mataku tidak lepas dari pria jangkung, aku ingin mengamati geraknya akan bagaimana dan aku akan patuh padanya. Tetapi hari itu sungguh lain, kali pertama aku melihat gurat senyum di wajahnya yang penuh debu itu dan dia berkata “lihat itu, ada kereta besar datang ke arah kita, kamu akan selamat.” Mataku langsung sakit seketika penuh dengan air mata mendengar dia memilih kata kamu alih-alih kata kita, kenapa tidak kita saja yang selamat, kenapa dia hanya menunjuk ke arahku yang akan selamat, pikiran gila apa lagi yang ada di dalam benaknya.

Kereta besar yang datang daru arah sebelah utara konstelasi Draco, yang telah menempuh jarak 420 juta tahun cahaya dari Bumi, bangsa galaksi kecebong ini datang menyelamatkan kami. Membawa siapa saja yang bisa dibawa. Aku masih memandangnya dengan kekecewaan yang tak terelakan, dia menolak untuk ikut bersamaku dan memaksaku untuk segera pergi dengan kereta tersebut. Dunia seakan terbelah menjadi dua, duniaku dan dunianya. Delapan bulan bisa jadi waktu yang tersingkat untuk memisahkan dua dunia. 

Kemarin, sekarang, dan besok aku takkan pernah melupakanmu. Walaupun jupiter telah datang merenggut tiap kehidupan di bumi, dan matamu tak pernah terpenjam menyaksikan kebinasaan hingga aku pergi bersama kereta meninggalkanmu.

Genggaman eratku atas tangan hangatnya terlepas, dan seluruh tubuhku mendadak menjadi beku. Suaraku sudah habis untuk meneriakinya agar segera naik. Satu kalimat konyol yang selalu aku benci darinya tapi seringkali dia ucap

“Jika anda benar-benar percaya saya, maka percayalah saya akan baik-baik saja.” 

Dia memelukku lalu melepaskan genggamanku, dan aku pergi meninggalkannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pov setelah nonton drakor "When Life Give You Tangerines"

Perenungan Malam Hari perihal Iri dan Insekyur

Percakapan tengah malam dengan Mas "fismur ugm"

Ini hari kebalikan dan "aku ingin kamu pergi"

Jadi Villain Aja Gapapa Daripada Jadi Pahlawan Kesiangan