Glow Up dengan Buku Bacaan
![]() |
Sumber: dokumen pribadi |
Kalau lihat judulnya sih seperti agak berat gitu ya.. entah karena ada kata "buku" jadi terkesan intelek atau karena ada kata "glow up" jadi ada harapan tulisan berisikan tips kecantikan.
Sebenernya yang pingin dibagikan di sini itu lebih ke pengalaman pribadi dengan buku dan perubahan yang aku alami setelah mengenal buku. Tapi se wah itu kah si buku ini sampai layak dijadikan suatu tulisan?
Kenyataannya ya begitu wkwk
Bahkan hingga saat ini aja, kalau kita berkumpul dengan teman-teman atau orang sembarang aja lihat kita sedang berduaan dengan buku itu pasti langsung bilang "wih orang pinter ini"
Padahal ya kita pegang buku juga alasannya banyak dan ga selalu semata-mata karena kita pintar jadi suka sama buku.
Kilas balik ke beberapa tahun dahulu, semasa masih duduk di bangku sekolah, sejujurnya aku ini orang yang males banget baca dan pegang buku. Jadi sering kena marah sama ibu karena dianggap masa depan suram kalau gamau baca buku atau gasuka baca. Segala kesalahan yang aku buat baik di rumah maupun diluar pasti nasihatnya
"itutuh akibatnya kalo gasuka baca, hidupnya bakal bermasalah terus."
Yang ibu bilang itu bener tapi gasepenuhnya bener, kenapa? ntar aku jelasin di akhir.
Lanjut ke cerita semasa sekolah, memang betul di masa sekolah ini aku menemukan banyak masalah tapi ga serta merta masalah itu benar-benar bersumber dari aku. Tapi karena wawasan juga ga luas-luas amat, jadi lebih susah buat keluar dari masalah itu atau malah mudah kejebak dengan masalah (lebih tepatnya dijebak sih). Walaupun aku jarang baca buku, tapi aku masih ada dorongan untuk baca-baca artikel di internet ataupun tulisan orang-orang di platform ask.fm
Di ask.fm itu aku banyak nemu tulisan menarik, kesukaan aku itu dari akun sarahnurk, wordfangs (kalo gasalah gitu penulisannya wkwk, dan ternyata itu punya baskara putra yang sekarang kondang jadi penyanyi band Hindia), sama bella suratmono. Mereka semua ini bukan orang terkenal di saat itu, tapi tulisannya bagus banget kalau pas nyeritain hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan atau bahkan isu yang lagi rame dibahas, pasti aku nunggu pendapat mereka. Dan modal baca ask.fm ini bikin aku nyambung ngobrol sama siapa saja. Bahkan lebih gokilnya lagi, dulu aku itu bukan golongan anak hits, tapi anak-anak yang famous di sekolah itu bisa aja asik ngobrol sama aku cuma karena aku gampang nyambung sama mereka (poin ini bikin banyak anak iri sama aku wkwk).
Singkat cerita, karena dulu ga keterima di kampus impian dan berujung gap year, waktu luang aku isi buat yaaa nyoba baca buku dikit-dikit. Sebenernya di tahun terakhir SMA sempat dibeliin buku tipis sama ibu yang judulnya "Delapan Sisi", buku ini yang mengawali aku jadi ada ketertarikan baca buku, plus temen ada yang ngerekomin sama pinjemin novelnya Dan Brown yang "The Lost Symbol" sama "Inferno", seminggu hatam bikin akhirnya jadi tambah tertarik buat baca buku.
Saat gap year juga jadi momen perenungan evaluasi diri dari apa yang udah dialami saat sekolah dulu. Perkataan ibu tentang ga baca buku bakal nemu banyak masalah ada benernya meskipun gasepenuhnya juga.
Kenapa benar? karena dari buku itu aku belajar tentang kemampuan analitis dan problem solving. Walaupun kemasannya cuma novel dan fiktif, tapi apapun tulisan-tulisan yang aku baca di karya Dan Brown, Tere Liye, dan Agatha Christie (buku favorit pada saat itu, tahun-tahun sebelum lulus SMA) bikin aku lebih memahami perihal kehidupan. Mulai dari empati sampai berhati-hati dengan manipulasi dunia luar. Alasan kenapa dulu pas sekolah selalu terbentur masalah, bukan karena aku berbuat jahat melainkan karena aku tidak bisa menghindar dari tindakan manipulatif teman-teman yang iri terhadapku dan aku sendiri tidak bisa menyelesaikan masalahku sendiri karena kemampuan analitis ku belum terasah yang akhirnya malah bikin aku cuma bisa menangis dan menerima nasib, bukan mencoba bertahan menghadapi dan membela diri.
Berbuat baik sebenarnya cukup membuat kamu disukai orang-orang, tapi tidak cukup untuk membuatmu bisa bertahan hidup, dan buku adalah senjata untuk kamu bisa menghadapi kejahatan-kejahatan di dunia luar.
Saat aku kuliah nanti, dunia pasti akan lebih susah dihadapi dibanding di masa sekolah. Saat aku sudah tidak bisa bergantung lagi kepada orang tua ataupun keluarga, maka bekal ilmu yang bisa aku jadikan pegangan. Mulai dari situ aku tersadar untuk mengisi waktu selama gap year dengan membaca buku.
Sejujurnya hal tersulit dari membaca buku adalah untuk mencoba genre baru yang kita tidak suka, kita butuh itu buat bertahan hidup tapi kita senang membaca fiktif karena menghibur. Sementara untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang lebih kompleks, butuh bacaan non fiktif dan dari berbagai bidang ilmu (generalis). Kesulitan itu bikin aku ga betah lama-lama baca, dan jatuhnya setiap lima menit buka buku jadi ngantuk.
Tapi semua itu bisa karna dipaksakan, seperti bisa naik sepeda karena kita memaksakan diri belajar walaupun sering terjatuh dan luka-luka, maka aku gunakan analogi yang sama untuk bisa memaksakan diri membiasakan baca-baca buku-buku non fiktif.
Dan sekarang apa yang aku dapat dari "memaksakan diri" membaca berbagai genre buku? Yah, semua capaian seperti dipercaya jadi second lead di organisasi kampus bahkan wilayah, magang di parlemen senayan, dan lain-lain itu karena aku membaca banyak buku. Lebih menariknya lagi, kalau dulu pas SMA aku dibilang jelek atau wajahku serem seperti monster berbanding terbalik dengan saat ini, banyak orang yang bilang aku cantik atau manis padahal tidak ada satu pun fisik aku yang berubah.
Ini yang aku sebut Glow Up dengan Buku Bacaanđź’–
Semangat buat kalian yang sedang berjuang membaca buku dan meningkatkan literasi :)
Komentar
Posting Komentar