Postingan

Nikmatin Perasaan Tertekan Melihat Capaian Orang

Gambar
anggap tulisan ini seperti nasehat berang-berang china Kadang aku ngerasa ngasih judul yang negatif-negatif gitu tapi yaudahlah ya gapapa muehehe.  Tulisan ini hadir karena emang lagi suwung ajasih dan di satu sisi ngerasa otak jadi lebih seger setelah nulis di blog, dan tulisan kali ini bakalan diisi dengan sesuatu yang santai, ringan, dan mungkin tidak begitu berdaging :v Beberapa waktu lalu aku pernah mendapati suatu obrolan dari salah satu temen yang memilih untuk senyapin postingan teman-temannya atau buat akun kedua biar ngga lihat postingan teman yang isinya manis-manis atau capaian mereka. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya rasa sedih sesudahnya dan perasaan rendah diri setelah melihat postingan itu. Sejujurnya aku pun juga pernah merasakan hal yang sama. Lalu aku memikirkan bagaimana cara keluar dari pikiran jahat itu tanpa harus melakukan hal-hal yang temanku lakukan. Jika langsung menanyakan bagaiman pasti berat mikirnya, jadi aku mulai dari pertanyaan "a...

Kenapa orang suka termakan hoaks?

Gambar
sumber pinterest dan anggap aja ini gambar kalian yang sedang menikmati informasi hoaks wkwk Isu tentang hoaks sepertinya dah sering banget kita dengerin dan dapetin dimana-mana. Kemudahan mengakses dan mempublikasikan informasi menjadi alasan utama dibalik beredarnya hoaks. Tapi siapa sih yang suka diboongin? Kok kabar bohong masih jadi konsumsi banyak orang? Nah menurut Tom Nichols di dalam bukunya yang berjudul " The Death of Expertise ", beliau menjelaskan  "Terlalu banyak orang memandang berita dengan asumsi dasar bahwa mereka sudah menguasai berbagai isu. Mereka cenderung lebih mencari konfirmasi ketimbang informasi " Orang-orang ini (yang disebut "mereka"), alih-alih mencari informasi valid ataupun fakta sesungguhnya, mereka lebih memilih untuk mencari informasi sesuai dengan keyakinan yang mereka miliki. Di samping itu juga, kapitalisasi media massa yang menyediakan informasi sesuai data minat pembaca menjadikan mereka jauh dari informasi riil dan ...

Nyaman Menjadi Tertinggal daripada Tidak Jadi Apa-apa

Gambar
sumber dah ada di foto, kenapa aku milih foto mba nya karena ya ngerasa cocok sama kata-katanya. Kemarin aku cuma passing time  juga wkwk Dulu, waktu di fase menjalani hidup dengan penuh targetan dan masih punya mentor juga, rasanya hidup itu jadi seperti serba sat-set . Bikin wish list setahun yang kecapai bisa setengahnya atau bahkan lebih. Tahun-tahun itu (2018-2021) aku anggap sebagai masa keemasan. Dimana dulunya aku di sekolah kerjaannya cuma malas-malasan dan numpang tidur di kelas, tapi pas kuliah tiba-tiba punya capaian dan relasi luas (dulu jaman sekolah ya ada-ada ajasih cuma aku anggap itu faktor luck ). Orang yang pendiem dan kuper ini tidak menyangka bisa mendapatkan itu semua, tapi ya hal itu juga sebenernya sebanding sama usaha yang dikasih. Lepas tahun 2021, berakhir juga masa hidup yang penuh targetan itu. Semua orang disekitarku mulai punya kehidupan sendiri-sendiri dan tempat aku tumbuh itu juga udah sampai dipenghujung masa alias "udah gak jamannya aku disitu...

We All Die in The End

Gambar
sumber: dokumen pribadi Pernah ngga sih terbesit di pikiran kalian tentang bagaimana orang memandang kita? Atau bagaimana kehidupan di esok hari? Atau bagaimana jika si Fulan kecewa denganku? dan seterusnya. Banyak hal di dunia ini yang selalu berhasil memancing diri ini untuk kita pikirkan. Padahal ngga semua hal tersebut penting dan patut kita kasih waktu dan tenaga yang kita milikin. Tapi sebenernya kenapa sih kok kita ini doyan banget mikirin semua itu? Dilansir dari buku " Life Changing Magic of Not Giving a F*ck"  karya Sarah Knight, beliau menyebutkan bahwa sejatinya setiap orang itu ingin tercitrakan atau memiliki kesan sebagai "bukan orang jahat" atau tidak ingin terlihat sebagai "orang jahat". Itu sebab kenapa kita semua terus memikirkan tentang cara pandang orang lain dan bagaimana hal-hal yang kita lakukan mempengaruhi perasaan orang lain. Disamping itu, pikiran-pikiran tersebut juga hadir dari sisi kita yang emosional dan kurang bisa menerima ...

Jadi Villain Aja Gapapa Daripada Jadi Pahlawan Kesiangan

Gambar
Gambar hanya pemanis, tapi gambar kedua nanti gada manis-manisnya hehe Hari ini dapat pelajaran yang menarik dari hidup yang mungkin beberapa orang udah tau ini dari dulu-dulu, tapi buat aku sih baru tau sekarang hehe. Cerita ini akan aku bikin alur mundur baru maju gitu ya. Okay? Lets we started.. Jadi dulu aku ada pengalaman deket sama orang di titik terendah (sebenernya ga rendah-rendah banget), pas itu juga bikin rasanya males interaksi sama orang atau bahkan juga enggan buat cerita ke banyak orang. Kek percuma aja gitu, cerita malah nanti nambah masalah, belum lagi kalo disalah artikan. Lagi fase capek berkonfrontasi dan jadi korban salah paham. Sampe akhirnya ketemu sama seseorang yang berusaha meyakinkan diriku untuk bisa percaya ke dia sepenuhnya dan cerita ke dia. Singkat cerita akhirnya di situ mulai nyaman dan banyak cerita ke orang ini. Setahun kemudian ini orang mungkin dah capek juga kali ya, akhirnya lambat laun responnya mulai menurun dan hilang aja gitu dengan sendirin...