Postingan

Pencarian Makna

Gambar
dua orang yang merasa polos Hari ini aku mendapatkan sebuah pencerahan baru, yang barangkali terdengar basi namun seringkali banyak terlupakan oleh orang-orang. Well, semua orang punya masa lalu dan diantara kita tidak ada yang tau seberapa kuat masa lalu itu mengikat. Ada yang mengikatnya dengan kencang sehingga membatasi mobilitas, namun ada pula yang renggang. Akan sangat naif ketika kita menyukai seseorang yang baru kita temui saat ini seolah-olah dia bakalan menerima kita apa adanya dan dengan polosnya. Padahal diri ini pun juga belum tentu mengerti barangkali ada yang memberatkan hatinya, yaitu masa lalu. Sebuah paradoks bagaimana kita merasa berpikir ke arah depan, supaya nampak visioner, namun masih terikat atau terbayang-bayang dengan masa lalu. Bahkan orang yang aku anggap paling visioner pun, nyatanya ia mempunya keterikatan dengan masa lalu yang masih menjadi beban pikirannya hingga saat ini. Aihh.. begitu naif ketika aku menyukai seseorang dan beranggapan...

Tentang Rasa (the last part)

Gambar
Keterangan Gambar: Apa yang saya rasakan Lewis Capaldi – Someone You Loved I'm going under, and this time, I fear there's no one to save me This all or nothing really got a way of driving me crazy I need somebody to heal, somebody to know Somebody to have, somebody to hold It's easy to say, but it's never the same I guess I kinda liked the way you numbed all the pain Now the day bleeds into nightfall And you're not here to get me through it all I let my guard down and then you pulled the rug I was getting kinda used to being someone you loved I'm going under, and this time, I fear there's no one to turn to This all or nothing way of loving got me sleeping without you Now, I need somebody to know, somebody to heal Somebody to have just to know how it feels It's easy to say, but it's never the same I guess I kinda like the way you help me escape And I tend to close my eyes when it hurts sometimes I fall into you...

Tentang Rasa (part 3)

Gambar
keterangan gambar: si gadis Hari ini gadis itu berkata ikhlas, namun wajahnya pun tak sanggup untuk menghadap ke belakang. Kenyataan kemarin dia merasakan untuk kesekian kalinya tercampakkan, atau tak terprioritaskan oleh dia yang menjadi prioritas. Sulit dimengerti mengapa ketika sedang berharap, seseorang bisa menjadi tidak mengenal makna realistis, walaupun kesehariannya selalu menggaungkan logika sebagai senjata utama dalam berpikir. Siapa sangka, berharap kepadanya telah menumpulkan pola pikirnya dan menghanyutkannya dalam melodrama tak berujung. Di saat sudah terbiasa untuk mengorbankan siapa saja yang menghalangi jalan ambisinya, namun pertemuan tetap aja pertemuan. Hasshhh... Jika dipikir lagi, adakah di luar sana yang mampu menerima hal yang sama dengan si pemberi? Jika stereotip negatif saja telah menjadi budaya, maka bentuk rasa kasih yang tulus pun bisa dianggap teror. Sekadar bertanya keadaan, menawarkan diri untuk mengobati luka, mengorbakan diri hanya un...

Tentang Rasa (part 2)

Gambar
(Keterangan gambar: angin) Dan pada akhirnya Gadis tak tau diri ini pun melepas angin tersebut itu pergi Mungkin malam ini akan menjadi malam terdinginnya atau malah semakin menguatkannya untuk bertahan Angin memang telah membawa ia terbang tinggi, namun angin datang dan pergi. Sewaktu-waktu gadis ini merasakan sakitnya jatuh, bahkan sampai memar. Untung saja tidak patah tulang. Memang diterbangkan oleh angin itu memang menyenangkan, namun kurang aman. Lebih baik jika ia merakit pesawat atau alat terbangnya sendiri. Berpayah-payah dahulu membuat baling-baling dan diikuti dengan kerangkanya. Melelahkan dan menyebalkan memang jika semuanya dilakukan sendiri. Tapi gadis ini harus bisa terbang, segera kembali ke nirwana bersama kawan-kawannya yang sudah di atas sana. Benar-benar mengesalkan. Semakin lama semakin rindu saja. Namun benar kata pujangga bijak di kampung selatan sana untuk tidak takut dengan kehilangan, karena sesuatu yang hilang dan diikhlaskan pasti akan...

Hanya Sebuah Refleksi

Gambar
Sumber gambar : Kora-kora Dufan Melihat wahana kora-kora di Dufan, mengingatkanku pada sebuah kisah hidup,dimana ada momen ketika dibawa melambung tinggi lalu tertawa seperti tanpa beban, namun ada momen dimana kamu harus mau untuk ditarik kebawah sekencang-kencangnya hingga begitu menyakitkan dari dada hingga ke perut, jantung seperti di tarik ke bawah, histeris dan menangis tak karuan, bahkan hingga muntah. Lalu begitu seterusnya hingga waktu yang ditentukan, berhenti dan pulang. Bukankah begitu? Namun bolehkah aku memilih siapa yang akan duduk di sebelahku nanti dalam memainkan wahana kora-kora kehidupan ini? Apakah aku sudah kehilangan hak dengan adanya budaya bahwa pelamar dari pihak lelaki dan tabu bagi wanita menyatakan perasaannya pada lelaki. Setidaknya aku masih berusaha mencari.meskipun hak untuk memilih tidak diberikan. Maka mencari tempat duduk yang strategis adalah solusinya. Selanjutnya dengan mengabaikan perasaan dan harapan pada nanti bersebelahan denga...